Selasa, 01 November 2011

THE TRUE POWER OF WATER

Judul : The True Power of Water
Penulis : Masaru Emoto
Penerbit : MQ Publishing
Tahun : 2006
Genre : Pengetahuan Populer
Tebal : 192 Halaman
ISBN : 979-26-4400-8
the_true_power_of_water_260


Secara sepintas tak ada yang istimewa dari bentuk fisik air. Bentuknya cair. Bisa menjadi padat bila dibekukan. Dan menjadi gas bila diuapkan. Penelitian tentang air pun hanya sampai sebatas mengetahui massa jenis, daya apung, dan beberapa sifat kimia-fisik dari air. Sampai pada tahun 1994 seorang peneliti Jepang yang bernama Masaru Emoto menggemparkan dunia dengan hasil penelitiannya yang menyimpulkan bahwa air itu “hidup” dan memiliki “perasaan”.

Sedikit radikal memang kesimpulan ini, dan adalah bukan hal yang mudah untuk membuktikan kesimpulan ini agar diterima oleh ilmu pengetahuan konvensional. Namun faktanya, Masaru Emoto bersama rekannya (Kazuya Ishibashi, seorang ahli sains yang ahli dalam mengobservasi objek melalui mikroskop) berhasil menunjukkan bukti-bukti hasil penelitiannya kepada publik.

Bukti penelitian Masaru Emoto itu berupa gambar-gambar kristal air yang terbentuk saat sample air dibekukan pada suhu -25 derajat celcius, dan diambil gambarnya pada suhu -5 derajat celcius. Yang paling mencengangkan bukan hanya berhasil mengambil gambar kristal air untuk pertama kalinya di dunia yang karenanya Emoto mendapatkan penghargaan. Namun yang lebih fantastis adalah ditemukannya gambar kristal air yang bermacam-macam bentuk untuk setiap “informasi” yang diberikan pada sample air yang diuji.

“Informasi” yang disampaikan pada sample air tersebut ada yang berupa kata-kata maupun sekedar tulisan diatas kertas dan ditempelkan pada wadah air yang akan diuji. Untuk setiap kata-kata atau tulisan yang bernada positif (misalnya : “aku sayang”, “kamu baik”) akan dihasilkan gambar kristal air yang benar-benar hexagonal (segi enam sempurna) dengan hiasaan indah di sekelilingnya, persis seperti manik-manik perhiasan yang berkilauan. Sedangkan untuk setiap kata-kata ataupun tulisan yang bernada negatif (misalnya : “kamu jahat”, “aku benci”) akan dihasilkan gambar kristal yang berantakan, bahkan sama sekali tidak menghasikan gambar kristal air.

Buku yang pernah masuk kategori Best Seller The New York Times ini dilengkapi juga dengan gambar-gambar hasil penelitian Masaru Emoto sehingga pembaca dapat melihat sendiri perbedaan kristal-kristal air yang terbentuk. Kertas yang cukup exclusive membuat buku ini enak pula untuk dibaca, ditambah lagi dengan nuansa fullcolor.

Berdasarkan pengujian dari seorang peneliti yang sebenarnya bukan berlatar belakang pendidikan sains ini disimpulkan bahwa kata-kata paling “ajaib” yang mampu mengubah kualitas air menjadi lebih bagus sehingga menghasilkan kristal-kristal air yang paling indah adalah dua kata, yaitu “cinta” dan “terima kasih”. Semakin bagus kristal yang terbentuk, semakin bagus kualitas air tersebut.
cintadanterimakasihh
Lalu bagaimana dengan air yang ada dalam tubuh kita? Bukankah tubuh kita 70% terdiri dari air juga? Temukan korelasi pengujian sifat air tersebut dengan psikologi seseorang dalam buku ini. Dan tentunya banyak pengetahuan dan hasil temuan lain yang akan membuat pembaca terperangah membacanya. 

Namun kemudian akan meng-anggukkan kepala karena banyak kenyataan dan kesamaan fakta yang akan ditemui. Misalnya, bagaimana pengaruh musik terhadap air? bagaimana pengaruh tontonan televisi terhadap sample air? Bagaimana pula pengaruh handphone? Temukan semuanya dalam buku kecil nan exclusive ini.

Overall, buku ini sarat informasi dan pengetahuan (sains) terkini. Walaupun ada pula buku yang membantah hasil penelitian ini, tapi buktinya sampai detik ini bantahan tersebut belum mampu meruntuhkan hasil penelitian Masaru Emoto dan Kazuya Ishibashi ini. (insansains)


A Thousand Splendid Suns

Judul : A Thousand Splendid Suns
Penulis : Khaled Hosseini
Penerbit : Qanita
Tahun : 2007
Genre : Novel
Tebal : 516 Halaman
ISBN : 979-3269-68-5


A thousand splendid suns. Seribu mentari surga. Sebuah novel yang mengetengahkan konflik demi konflik seorang perempuan yang terlahir sebagai anak haram anak yang lahir dari hubungan tidak sah, yang berjuang untuk memberi makna pada hidupnya. Novel ini ditulis oleh seorang penulis yang namanya terkenal setelah karyanya yang berjudul “The Kite Runner”. Bahkan “A Thousand Splendid Suns” ini diprediksi akan mengikuti jejak pendahulunya menjadi sebuah film layar lebar di Hollywood.

Penulis novel ini sangat jeli menggambarkan detail-detail kehidupan, mulai dari pakaian, mimik muka hingga setting latar tiap episode-episode. Benar-benar memberikan gambaran yang hidup. Tak hanya itu, pilihan kata-kata yang digunakan oleh Hosseini sungguh mengagumkan, hingga mampu mengorek, mengaduk-ngaduk bahkan mengoyak-ngoyak perasaan para pembacanya. Novel setebal 516 halaman ini dirangkai secara apik. Sang penulis sangat lihai menghubungkan alur-alur cerita yang sedang berlangsung dengan cerita-cerita sebelumnya. Sehingga tidak terkesan terputus atau terlupakan begitu saja. 

Bahkan tiap kalimat yang ada pada episode-episode awal, justru dihidupkan kembali di episode selanjutnya. Bahkan menjadi pemanis saat diketengahkan kembali di episode penutup. Luar biasa. Patut diacungi jempol karena mampu menghadirkan pergolakan batin, konflik yang sedemikian rumit, dan terkesan tak ada harapan bahagia untuk si tokoh utama, namun pada akhirnya, justru semua itu diakhiri dengan secuil episode yang sangat menawan, walaupun harus berakhir haru menyedihkan.

Antara bab pertama dan bab kedua dalam novel ini, terkesan tidak ada sangkut pautnya. Tokoh utama seakang hilang tak berbekas, yang ada adalah tokoh utama kedua. Namun ternyata kedua tokoh tersebut akhirnya disatukan dalam episode-episode berikutnya dimulai dari sebuah moment yang sangat unik, tak terduga. Di novel ini pula, pembaca akan dapat melihat sebuah kesabaran tanpa batas dari seorang perempuan yang tak pernah diinginkan lahir ke dunia. Kesabaran yang harus ditebusnya dengan penderitaan tak kunjung reda sejak ia lahir ke dunia, namun akhirnya ia mendapatkan cinta dan keindahan hidup walaupun harus berakhir tragis. Jadi siapkanlah tissue yang banyak sebelum membaca novel ini.
* * *
Mariam. Seorang anak perempuan yang tak pernah diakui secara sah oleh ayahnya, Jalil. Walaupun kenyataannya mereka terikat secara batin, dan saling mengasihi layaknya ayah dan anak. Hanya saja, Jalil tak mau menunjukkannya kepada khalayak. Maka ditutupinya hubungan darahnya itu dengan memberikan Mariam dan ibunya, Nana sebuah gubuk di desa terpencil, Gul Damam. Sekali dalam sepekan Jalil secara rutin mengunjungi Mariam, dan kadang-kadang membawakan hadiah sebagai bukti sayangnya kepada Mariam.

Mariam dibesarkan ditangan seorang ibu yang tak mengijinkannya bersekolah, karena ketakutannya pada olok-olokan teman-teman Mariam kelak. Sehingga Mariam kecil tumbuh tanpa pengetahuan. Satu-satunya ilmu yang dia dapat adalah dari Mullah Faizullah, seorang kakek tua yang mengajarinya membaca Al-Quran dan sembahyang. Namun kadang-kadang ayahnya, Jalil sering pula menceritakan bagaimana kehidupan-kehidupan di kota, dan kadang membacakan kepadanya syair-syair.

Hingga pada umur 15 tahun, Mariam meminta kado kepada ayahnya agar mengajak dia menonton di bioskop miliknya bersama anak-anak Jalil yang lain. Sebuah film yang pernah ayahnya ceritakan, yaitu seorang pengrajin kayu yang mendapati boneka kayunya hidup dan dapat bergerak. Namun permintaan itu, tentu saja mendapatkan penolakan, walaupun disampaikan secara halus. Hingga akhirnya, Mariam nekad pergi sendiri ke kota dan mencari rumah pengusaha terkenal, yaitu ayahnya, Jalil.

Setelah menemukan rumah yang dimaksud sampai harus tidur di jalanan, Mariam harus kecewa untuk yang kesekian kali karena ayahnya justru menyuruh sopirnya memulangkan Mariam pulang ke Gul-Damam. Dan seketika pulang ke rumahnya, Mariam mendapati ibunya telah gantung diri karena merasa kehilangan anaknya. Tak cukup disitu saja penderitaannya berakhir, setelah beberapa hari kematian ibu kandungnya, Mariam kini dipaksa ayahnya untuk menikah dengan seorang laki-laki dari Kabul, yaitu Rasheed seorang pengusaha sepatu yang umurnya 40 tahunan.
Di rumah suaminya, selama satu tahun pertama Mariam mendapat perhatian cukup baik dari Rasheed. Namun setelah Mariam keguguran, Rasheed mulai menyiksa Mariam secara fisik. Dan kekejaman Rasheed mulai menjadi-jadi kala Mariam selama 7 kali kehamilan, maka 7 kali keguguran pula.

Konflik selanjutnya pun segera muncul. Tetangga satu blok rumahnya terkena rudal Soviet, sehingga semua penghuni rumah itu tewas, kecuali anak gadisnya yang bernama Laila. Laila kemudian dirawat oleh Mariam di rumah Rasheed. Dengan dalih ingin melindungi, Rasheed kemudian menikahi Laila. Perseteruan antara Mariam dan Laila pun mulai tumbuh dan makin menyengit dari hari ke hari. Keduanya saling melemparkan pandangan sinis ketika bertemu. Mariam merasa, Laila telah merebut suaminya, walaupun pada kenyataannya Rasheed sering menyakitinya. Di sisi lain, Rasheed tentu lebih menyayangi Laila, karena ia lebih cantik dan lebih muda tentunya. Dan kecintaan Rasheed kepada Laila makin bertambah ketika Laila mulai mengandung anaknya.

Laila pun melahirkan anak perempuan cantik, Aziza. Namun bagi Rasheed, itu adalah suatu aib. Maka sejak saat itulah Rasheed mulai memperlakukan Laila sama seperti memperlakukan Mariam. Menyiksa dan mencari-cari kesalahannya. Namun kondisi yang bertolak belakang dengan suasana hati Rasheed mulai merekah. Aziza justru menjadi perekat kasih sayang diantara Mariam dan Laila. Aziza seakan memiliki dua ibu yang sangat mencintainya. Mariam dan Laila. Sungguh bagaikan ibu dan anak yang tidak bisa dipisahkan. Hingga pada suatu hari mereka merencanakan untuk lari dari rumah, keluar dari penyiksaan-penyiksaan Rasheed. Namun sayang, mereka tertangkap oleh aparat dan mengembalikannya kepada Rasheed.

Karena peristiwa percobaan lari itu, Laila dan Mariam mendapat hukuman paling sadis yang pernah dilakukan Rasheed. Yang lebih parah tentu Mariam. Konflik kemudian memuncak, saat keuangan Rasheed morat-marit gara-gara toko sepatunya kebakaran. Hal ini memaksa mereka untuk mengirim Aziza ke sebuah panti asuhan. Laila yang pada suatu kunjungannya menjenguk Aziza di panti asuhan, ternyata dipertemukan kembali dengan cinta lamanya yang disangkanya telah mati, Tariq.

Dan Tariq adalah orang yang tepat bagi Laila untuk mengadu tentang kehidupannya yang mengenaskan. Kedekatan dua cinta lama ini membuat Rasheed geram, hingga pada suatu malam Rasheed menyiksa Laila habis-habisan, bahkan hampir membunuhnya, jika saja Mariam tidak lebih dahulu menghampiri Rasheed, dan mendaratkan sekop ke wajahnya. Rasheed tewas. Hilang sudah sumber penderitaan Mariam dan Laila. Sungguh mudah jika mereka berdua ingin lari dan hidup bahagia. Tapi apa yang mereka lakukan selanjutnya? Di episode inilah, penulis mengakhiri semua cerita ini dengan sangat elegan.

Sekali lagi, salut untuk penulis yang telah mengetengahkan melodrama yang sangat apik, dan benar-benar mampu menyentuh sisi sensitif pembacanya. Kita tunggu saja, jika benar nantinya novel ini akan muncul pula di bioskop-bioskop, bahkan masuk pada jajaran film-film Hollywood.


Judul : Ipung
Penulis : Prie GS
Penerbit : Republika
Tahun : 2008
Genre : Novel Remaja
Tebal : 194 Halaman
ISBN : -
Tunggu…. biarkan bibir ini mengembangkan senyumnya. Masih terpatri dengan pesona cerita yang dibangun budayawan nyentrik -mas Prie- dalam novel remaja ini. Satu kata, “excelent”, benar-benar luar biasa, ada rasa haru, lucu, bangga, bahagia, komplit deh. Awalnya beranggapan novel ini mirip cerita-cerita remaja ABG yang klasik dan penuh dengan roman percintaan.

Ah.. ternyata salah…! Memang bumbu percintaan itu ada di novel ini, tapi bukan hal ini yang hendak digali oleh sang penulis piawai ini. Melainkan semangat hidup yang penuh dengan pesan-pesan moral ditambah sedikit humor segar.

Kepiawaian dan keluasan pengalaman penulis pun jelas terlihat. Konflik-konflik yang dibangunnya tidak membosankan, dan apik tertata. Cukup banyak novel yang miskin konflik sehingga terasa hambar, namun ada juga yang terlalu banyak konflik sehingga terkesan berbelit-belit dan tidak tentu arah. 

Novel ini bisa dibilang benar-benar pas. Mantap. Tak hanya itu, jarang ada novel yang mampu menjaga dan mengembangkan karakter-karakter pemainnya. Novel berjudul Ipung ini benar-benar memperhatikan hal tersebut. Pembaca akan melihat dengan jelas karakter-karakter lain selain Ipung dan Paulin, seperti : Pak Bakri, Marjikun, Pak Bahrun dan Surtini benar-benar dijaga dengan baik.
Dalam segi bahasa, jelas tidak perlu diragukan lagi kualitas novel ini. Seperti hal-nya tulisan-tulisan Mas Prie yang lain, semuanya serba sederhana, tapi menyelipkan makna yang dalam. Tak salah bila kemudian di halaman awal dihadirkan prolog dari penulis yang namanya melejit dengan novel “Ayat-Ayat Cinta”nya, Habiburrahman El-Shirazy. Dalam sisi design cover pun, cukup menarik dan menggambarkan isi cerita novelnya.

Tokoh utama itu sendiri bernama Ipung, seorang anak kampung. Dan mungkin sedikit kampungan. Yang terbawa nasib baik untuk sekolah di sekolah favorite, SMA Budi Luhur, bahkan lebih dari itu, anak ceking dan terkesan acak-acakan ini masuk pula ke dalam kelas unggulan. Ya.. kelas unggulan, bukan kelas biasa. Sebuah gengsi tersendiri tentunya, bukan hanya bagi anak kampung seperti Ipung ini. Tapi benarkah prestasi ini didapat hanya karena nasib baiknya?

Karakter Ipung mampu menyihir pembacanya untuk diam-diam mengidolakan kehadiran remaja seperti ini. Apakah remaja seperti Ipung benar-benar ada? Seorang remaja yang dekat dan berbaur dengan kemiskinan. Seorang remaja yang bentuk fisiknya tidak terlalu menarik. Badan yang kurus ceking, wajah yang tidak cukup untuk dibilang ganteng, namun salah bila dibilang jelek, pas-pas-an lah. Tapi ternyata dibalik kemiskinan dan segala kekurangannya itu, Ipung tidak pernah merasa rendah diri, tidak pernah merasa minder untuk mengakuinya. Baginya tak ada beda, kaya atau miskin, ganteng atau jelek, yang ada adalah dia harus berjuang memberikan yang terbaik.

Aura inilah yang ternyata memberikan Ipung kekuatan untuk menyihir karakter-karakter lain dalam cerita ini untuk tidak mungkin bila tidak mengagumi Ipung. Tak terkecuali, gadis primadona SMA Budi Luhur tersebut, Paulin. Entah setan apa yang merasuki Paulin, hingga gadis secantik dia, punya orang tua kaya raya, mau-maunya mengejar si kerempeng Ipung habis-habisan.

Tak hanya gadis primadona yang berhasil Ipung sihir, guru tergalak di SMA itu pun luluh dengan kecerdikan dan sikap polos nan tenang Ipung. Nama Ipung justru makin meroket, mengalahkan popularitas nama sekolah unggulan itu sendiri. Ipung masuk majalah remaja populer, lebih dari itu Ipung diterima menjadi reporter majalah MM. Dari kegiatan sebagai reporter inilah Ipung akhirnya bisa membiayai sekolahnya sendiri, bahkan mengirimkan wesel untuk orang tuanya.

Dan juga tak usah heran, bila akhirnya beberapa temannya ada yang merasa iri. Bahkan menghasut teman-teman yang lainnya untuk mempermalukan Ipung di depan umum. Tapi sekali lagi pembaca akan dibuat tersentak dan mungkin akan menitikkan air mata bangga ketika sang Ipung di tengah pengadilan massal, dipermalukan sejadi-jadinya di depan 200 atau 300-an siswa lainnya, diantara rasa marah, malu dan sedih, Ipung akhirnya mampu menguasai keadaan dan membuat lawan yang membencinya menjadi sayang, dan membuat kawan yang mengaguminya makin mencintai keberadaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar