"Tapi kan tidak terlihat..." katamu membela diri
"Bukan masalah terlihat atau tidak terlihat, tapi ini masalah privasi!
Harusnya kamu gak membiarkan terbuka pintunya" kataku tegang menahan
amarah dalam dada.
"Iya, maaf..." Katamu enteng.
Aku diam. Mengalihkan perhatianku ke keybord. Tanganku memencet
sembarangan dan tak beraturan. Aku sedang tidak bisa memaafkanmu kalau
begini yang Kurasa.
Hanya masalah sepele,
mungkin. Tapi tidak bagiku. Berawal dari seorang lelaki entah siapa yang
berkunjung ke tempat kost. Siang itu Aku yang sedang rehat dengan
posisi tiduran di ruang depan kaget bukan main, karena pintu depan yang
ku kira 'aman' ternyata terbuka. Aku sangat terlambat menyadarinya,
karena tiba- tiba temanku satu Kost sedang bercakap- cakap dengan teman
Prianya. Belum sempat aku berteriak kenapa tiba2 Pria masuk ke wilayah
kostku, Aku langsung menarik taplak meja yang panjang dan menutupi
kepalaku.
"Yang penting kan tidak terlihat" Katamu lagi ketika aku mengatakan keberatanku atas sikapmu. Rupanya kau belum mengerti.
Ku hentikan aksi tak jelas tanganku di atas keyboardku. Kau benar-benar
membuatku semakin marah. Dengan gerakan cepat ku dekati engkau.
"Tatap mataku! " kataku seperti kesetanan. Allah... tolong kendalikan aku.
"Ok, gue salah, gue minta maaf. Sudah, tidak usah dibesar-besarkan!" Katamu diplomatis.
Sayup, ku dengar cahaya-hatinya opick mengalun dari winamp laptopku
yang masih menyala. "Allah itu dekat, penuh kasih sayang, tak kan pernah
engkau biarkan hambaMu menangis, Karena kemurahanMu, karena kasih
sayangMu"
"Allah itu dekat, penuh kasih
sayang," begitu yang terekam jelas di otakku. Kualihkan tatapanku- Aku
mencari pengendali amarahku- Tuhan tolong !! Syeitan sedang
mengendaraiku.
"Ri..." Kataku dengan volume lebih rendah dari sebelumnya.
"Kau
pernah melihatku keluar tanpa kaos kaki meski hanya minjemin buku ke
tetangga? Tidak kan? Padahal itu hanya kaki yang ditutup, kaki yang tak
kan menjadi perhatian siapapun. Begitulah aku menjaga diriku. Bukan
masalah terlihat atau tidak terlihat. Tapi ini masalah aturan main yang
jelas.
Aku senang bisa belajar cara dandan yang benar
darimu, tapi apakah engkau pernah melihatku berdandan ria kalau mau
pergi kemana gitu? Yang ingin ku katakan padamu adalah, bahwa kita punya
cara pandang dan cara menjalani hidup yang berbeda."
"Aku memang belum bisa sepertimu, terlalu berat" katamu menyela dengan posisi siap melawanku.
"Ok, bagus itu, karena kamu sudah menyadari satu hal, Bahwa kita
memiliki Prinsip yang cukup berbeda. Meski bukan berarti aku lebih baik
darimu. Yang seharusnya menjadi pertanyaan, kenapa kita bisa berbeda,
padahal kita sama-sama muslimah? Dari cara makai jilbab sampai cara
bergaul kita berbeda. Kau tahu, aku tidak benar- benar baik dan tidak
bisa menggurui. Tapi lihat- Kau telah menyadari perbedaan kita” Aku maju
satu langkah- Kesan pantang menyerah.
"Jangan hakimi aku!" Teriakmu padaku.
"Hey..." Ku pegang pundakmu.
"Hidup ini hanya berisi 'Ya' dan 'Tidak', 'Benar' dan 'Salah', 'Baik'
dan 'Buruk', 'Taat' dan 'Ingkar' hingga pada akhirnya nanti 'Surga' dan
'Neraka'. Kita pasti pernah, sedang dan akan berada di salah satunya.
Meski banyak pemahan abu- abu, Namun tidak dengan Tauhid dan Aqidah.
Berawal dari kejadian barusan, Maka aku harus jelaskan apa yang aku mau”
Kataku masih memegangi pundakmu.
"Sudah, nggak usah dibahas. Malas aku bahas yang gituan..." Katamu. Berdiri dan mengambil air minum. Ku kejar engkau.
"Ok. Baik. Fine. Mari kita saling mengerti. Aku hanya minta tolong satu
hal padamu" Aku tidak mau pembicaraan ini tidak selesai.
"Apa?" Kau berteriak padaku.
"Tolong bantu aku menjaga diri" Kataku jelas. Jelas sejelas-jelasnya. Engkau sedikit tersentak.
"Maksudmu?"
"Maksudku, aku membutuhkanmu untuk membantu menjaga apa-apa yang selama
ini ku jaga. Karena, aku memang tak bisa sendiri. Seperti contoh kasus
tadi, Membiarkan pintu terbuka Sementara kau sedang bersama teman
lelakimu, sementara aku sedang dalam posisi tidur, Itu sangat tidak
membantuku menjaga diri"
“Aku sudah minta maaf. Kau memperpanjang masalah ini Siti. Aku Malas mendengarnya. Aku mau tidur” Kau menjauhiku.
"Sekarang bukan masalah Maaf, tapi aku ingin kamu mengerti. Pun, demikian. Kamu boleh menuntutku untuk Mengerti kamu."
"Ok, apa lagi yang perlu ku jaga?!"
"Ri... " Kataku terputus. Kenapa akhir pembicaran jadi begini? Bukan
pembicaraan seperti ini yang ku inginkan. Aku, masih belum bisa menembus
hatimu.
"Terima kasih sudah mau menjagaku. Semoga aku bisa membalasnya. Maaf ya, sudah merepotkanmu"
"Jangan lebay gitu deh..." katamu (lagi-lagi) enteng...
“Sepertinya
aku ingin benar- benar bertengkar denganmu..” Kataku lalu tersenyum.
Hatiku mulai menemukan obrolan humor. Kau ikut tersenyum lalu memegang
pundakku.
“Ya, sepertinya…”Katamu lalu
menarikku. Tidak sampai lima menit, Kost kita sudah diramaikan dengan
obrolan dan canda tawa kita. Hahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar